Sarang laba-laba di rumah ataupun kantor seringkali memalukan, karena selain merusak pemandangan, juga menunjukkan bahwa tempat tsb. jarang dibersihkan. Tapi, suatu saat nanti, sarang laba-laba akan menjadi bahan yang berharga, karena dapat digunakan untuk membuat divais berteknologi canggih. Eden Steven, Ph.D., seorang fisikawan Indonesia lulusan Florida State University menceritakan kepada mahasiswa-mahasiswi Teknik Elektro dan Teknik Industri UPH, bagaimana dia dan timnya menggunakan serat sutera dari sarang laba-laba untuk menjadi kawat mikro yang digunakan di divais canggih dalam kuliah tamu berjudul “Soft Multifunctional Devices based on Spider Silk, CNT, and Organic Conductors” pada 2 Maret 2017. Tak tanggung-tanggung, penelitian Eden Steven, Ph.D. berhasil menembus jurnal papan atas dunia, seperti Nature Communications, dan diliput oleh media besar seperti Discovery Channel.
Eden Steven, Ph.D. sedang presentasikan penelitiannya mengenai penggunaan sarang laba-laba untuk divais canggih
Pembicara sedang diperkenalkan oleh Ketua Program Studi Teknik Elektro
Uniknya, preparasi serat sarang laba-laba dapat dilakukan dengan cara manual dan sederhana, yaitu dengan menarik serat keluar dari kusutannya dengan menggunakan pinset saja, dan kalau diberi air, akan menjadi fleksible. Serat tsb. juga bisa dilapisi dengan emas maupun tabung nano karbon (CNT, carbon nano tube), dan dapat dibentuk bilayer bersama bahan organik lain, sehingga bersifat piezoresistive (saling mempengaruhi antara sifat tahanan listrik dan tekanan mekanik). Dr. Steven menunjukkan beberapa contoh aplikasi serat sarang laba-laba, misalnya dengan menginfiltrasi serat tsb. dengan CNT, maka serat tsb. menjadi konduktif, namun tetap mempertahankan kelenturan alaminya, sehingga jika digunakan untuk pengujian material kristal dalam teknik uji 4-titik, sampel uji tidak mudah pecah dibanding kalau menggunakan kawat emas. Selain itu, serat tsb. dapat juga digunakan sebagai mask untuk lithography pada substrat plastik selotip. Dr. Steven juga menunjukkan serat sarang laba-laba yang digabung dengan material lain dapat membentuk struktur yang bisa digunakan untuk sensor kelembaban, sensor getaran, strain sensor, magnetometer, bahkan dapat menjadi aktuator hydro-electro-mechanical, di mana serat yang basah dapat bergerak jika diberi tegangan listrik. Bahkan serat tsb. dapat digunakan dalam transistor FET organik.
Mahasiswa bertanya dengan antusias
Selain serat sarang laba-laba yang disediakan alam, Dr. Steven juga memperlihatkan penelitiannya mengenai penumbuhan lapisan konduktor organik. Uniknya dalam proses penumbuhannya material tsb. membentuk pola-pola fraktal yang berulang menyerupai pola batik. Bersama dengan sutera dari sarang laba-laba, material lunak ini juga dapat dibuat menjadi divais-divais fungsional.
Mahasiswa dan dosen Teknik Elektro dan Teknik Industri UPH berfoto bersama pembicara.
Dr. Steven yang saat ini telah kembali ke Indonesia berharap dapat membawa teknologi yang dikembangkan selama studi di Amerika untuk dikembangkan di Indonesia.
Dr. Steven menerima sertifikat dan buku kumpulan karya ilmiah dosen-dosen Teknik Elektro dan Teknik Industri UPH sebagai cinderamata.